May 6th 2015

Hari dimana usiaku bertambah. Serasa makin tua saja. Im 17th years old now. Love. Enjoy. Smile. Kindness




Pagi kuhadapi umur baruku dengan sedikit api kemarahan. Entah kenapa, aku tak tahu. Aku merasa sweet seventeen ku tak akan bermakna. Tak ada yang ingat. antara sedih dan syukur itu bercampur. Hampir tak bisa dipisahkan.

Dan benar. Setengah hari kulalui di sekolah. "Kamu ulang tahun ya, Cho?" Dengan ekspresi bingung, itu kata pertama yang temanku ucapkan padaku setelah melewati beberapa jam ulang tahunku. Mereka masih bertanya. aku adalah orang yang sensitif, tentu aku tahu mereka lupa atau malah tidak tahu sama sekali. Namun aku bersyukur, ada sebagian kecil orang yang masih mengingatnya. Tank's ...

Aku tahu, sweetseventeen ku tidak seindah sixteen ku.

Awalnya aku ingin membagikan coklat untuk teman-temanku, tapi coklat itu belum datang. Dan bersyukur mereka juga tidak begitu respon dengan ulang tahunku.

"Deva, aku merasa enggak nyaman..."
"Aku tahu kok Wan, besok di kelas aku beritahu."
"Sekarang aja?! ada apa?"
"Di kopsis ya. tunggu aku."

Deva menceritkan semua masalah tentang kepengurusan OSIS di sekolah. Ya, aku salah satu pengurusnya yang tidak diperlukan. Aku juga menceritakan semua yang kurasakan dengan pengurus OSIS. aku menangis, aku ingin mundur dari OSIS. Deva memegangku. Aku merasa tak mampu dan tak dianggap. Aku selalu sendiri. Tak ada yang percaya.

"Jangan mundur. Anggap saja kamu ikut OSIS untuk aku Wan?" Dengan enaknya dia berkata seperti itu. Aku tahu semua yang Deva katakan hanya untuk menghiburku. Tidak 100% jujur. Aku lampiaskan semua dengan tangisanku. Pali tidak aku lega ada yang mendengarkanku, walau Deva pun tidak sepenuhnya mengerti apa yanng kurasakan. Sakit rasanya saat cerita. Seperti aku sedang membuka kembali luka yang sudah kututup.

Kutulis banyak kata untuk Deva. Intinya adalah:

Aku mau lanjut di OSIS. Aku mau bantu kamu buat membenahi OSIS. Aku merasa diperlukan. Tapi saat pengurus OSIS sudah bersatu, aku mundur. Karena aku tak akan diperukan lagi. Terimakasih Deva

Aku merasa lebih baik. walaupun luka hatiku dengan pengurus OSIS tidak sembuh. Dan aku pulang...

"Fokus Wanda, Fokus! Ayo! Fokus... Fokus...!" Ucapku untuk diriku sendiri. Aku hampir menabrak seorang bapak-bapak yang sudah tua dengan sepeda onthelnya. Aku menangis, aku masih menangis saat perjalanan pulang. sepanjang perjalanan.

Langit begitu cerah, namun tak secerah hatiku. Sweet seventeen day yang sangat dinanti setiap orang dan merupakan hari spesial, bukanlah hari istimewa untukku. Langitpun tak tahu yang kurasakan kini. Siapa yang tahu? No one.

Namun, aku lihat sebuah kotak kado. Awalnya aku tak perdulikan.

"Ternyata, keluargaku pun bisa membelikanku sebuah kado." Aku buka dengan hati-hati. Sebuah baju. Awalnya aku tak menyangka keuargaku akan beriku hadiah. Krisis ekonomi. Ya. Sedag dihadapi keuargaku.Itu sagat menghiburku. I love my family. I love my parents and my sisters..

I think that just it the story about my sweet seventeen. But is NO..

Saat sedang asyik menulis ceritaku hari ini, aku dikejutkan denga suara ayam berkokok. Lantas, kucari dan ku menemukan seekor ayam di atap tetangga dengan seekor kucing yang duduk terdiam. mereka sepertinya sednag membicarakan sesuatu yang penting.

Tapi anehnya, ayam itu  terbang. Ayam itu terbang sejauh kira-kira 5 meter. itu ayam atau burung? Ayam bisa terbang ya? Hal aneh itu awesome. sayang aku tak sempat merekam kejadian itu. Dan itu sngat-sangat menghiburku.

Komentar

Postingan Populer