Langsung ke konten utama

Saat-saat UKK

27 Mei 2015

Libur sekolah. Kenapa? Karena besok UKK (Ujian Kenaikan Kelas). Banyak yang tanya seperti itu. Aduhh... Deg deg an. Tapi Puji Tuhan, rasa khawatirku berkurang. Doaku terkabul. Aku minta sama Tuhan supaya Tuhan membuatku tidak khawatir dan gelisah akan ujianku besok.

Libur persiapan UKK. Seharusnya, sih, hari tenang, tapi aku tetap membantu ibu di warung makannya. Lanjut, ijin pulang buat bersih-bersih rumah dan nyuci sepeda motor. Wuihhh, capek. Nyapu, ngepel, nyuci sepeda motor, menata dan membersihkan rumah. Waktu itu dimulai dari jam sepuluh pagi hingga jam setengah duabelas. Dan aku baru mandi setelah semua selesai, langsung gasss jemput Wieke sekolah. Hasilnya, malam hari badanku lungkrah tiada tenaga. Tenggorokan juga serasa ada yang luka. Sakit. And, Do you know? Hubunganku dengan bapak belum membaik. Masih tak kunjung usai.


28 Mei 2015

Hari pertama aku menghadapi UKK. Dengan PeDe nya aku berangkat sekolah tanpa berpamitan dan meminta restu orangtua--Terutama dengan bapak karena saat itu masih belum baikan--. Badan juga tak baik. Kukerjakan UKK dengan sebisaku. Niatnya, sih, JK (Jaga Kekudusan) tapi ya gitu, deh!

"JK enggak ya? Ini susah?" Batinku.
Ada juga yang menggodaku. "Sstt, Cha! Nomer lima rom dua apa?" Bisik temanku.
"Wanda! Sing iki opo?" Tanya temanku satunya. Enggak enak kalau menolak. Terpaksa aku kasih jawaban. Ya otomatis aku juga ikutan nyontek melihat mereka menyontekku. Huffttt, ujian kali ini gagal untuk jujur. Benar kata pepatah. Menyontek itu sudah seperti adatnya para pelajar (Bukan pepatah, sih, anggap saja pepatah). Dan benar juga kata temanku, si Afid, kalau ulangan dan ujian itu marai(membuat) dosa.

Istirahat untuk menyiapkan ujian mata pelajaran berikutnya pun tiba. Aku buka daganganku. Ya! UKK begini masih saja aku berjualan. Kesempatan kali ini aku jual donat. Lumayan buat menambah uang saku. Ini kesempatan, karena biasanya banyak teman-temanku yang malas pergi jajan dan berjalan untuk jajan.Omsetnya lumayan, hlo! Sekitar duaribu sampe empat ribu perhari.


29 Mei 2015

Hari ini, masih UKK. Matematika dan PKN.  Badanku enggak baik hari ini.
"Matematika, rumusnya banyak banget!" Eluh teman-temanku.
"Nanti nirun ya?"
"Bentar, baru buat catetan."
"Iya, njaplako! Aku niru."
Iya, itu ocehan teman-temanku.
"Vioni, kamu belajarlah yang giat. Nanti aku nirun." Kataku tanpa rasa salah.
"Iya. Aku ya enggak tahu bisa apa enggak. Kerjasama Cho!"
"Aku mumet hlo Vi. Aku alergi matematika. Mungkin gara-gara beajar matematika aku jadi pilek, flu begini. Tuh, kan, aku alergi." Jawabku dengan canda.

Dan benar! Malam hari kepalaku pusing kepayang. Jam delapan aku sudah tidur. Buku  tak sempat dalam genggaman. Sama sekali tak belajar. "Buk, aku tidur ya? Bangunin pagi biar aku bisa belajar!" Pintaku pada ibu.

Oh iya, sudah genap satu minggu aku enggak bicara sama bapak. Wah lama juga, ya? Sampai kapan mau begini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Langkah

Terakhir aku bercerita tahun 2020 dimana aku menemukan seseorang yang tadinya aku kira luar biasa baik, ternyata luar biasa jahat. Ya. aku tertipu, karena masih terlalu naif. umurku masih 22 tahun dimana aku baru beranjak mengenal dunia luar setelah bertahun-tahun dilarang ini dan itu. Masih dalam tahan pencarian, tapi tidak tahu apa yang sebenarnya dicari. Orang itu bersikap sangat lembut. Soft spoken, kalau kata gen z sekarang. Tidak pernah kasar, selalu terlihat baik, bahkan keluargaku awalnya mengira dia baik dan berbakat. Semua kata yang diucapkan serasa benar tanpa kebohongan dan terlihat cerdas. Saat itu aku percaya saja. Mengikuti apa yang dia katakan dan dia inginkan yang ternyata menjerumuskanku pada hubungan yang sangat tidak sehat. "Kamu mau apa? Aku bakal berusaha memenuhi kebutuhanmu," ucap dia. Ternyata ucapan dia hanya pancingan saja. Aku sudah mulai curiga dari beberapa bulan aku mengenalnya karena banyak perkataannya yang tak sinkron. Tuhan sudah menunjukan ...

Welcome new me!

Tak terasa sudah bulan kedua di tahun 2017. Cepet juga ya! Sudah hampir 19 tahun. Sudah gede. hohoho... Tahun 2016 yang penuh berkat telah terlampaui. Banyak ceritadi tahun 2016 yang ingin aku share, tapi hanya dua yang memungkinkan aku share di sini. Dua doa yang dijawab oleh Tuhan. Pertama, aku masih begitu ingat seberapa besar keinginanku untuk menjadi mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS). Alasan aku ingin masuk UNS karena dekat rumah, orangtua tak perlu membiayai uang kost karena memang tak perlu kost. Hanya transport saja. Lagipula, UNS juga termasuk universitas ternama di Negeri ini. So, makin mantab keinginanku masuk UNS. Maih lekat diingatanku bagaimana rasanya mendambakan menjadi mahasiwa FISIP UNS jurusan Ilmu Komunikasi. Ya. Angan-angan dan harapan itu masih bisa kurasakan. Hingga tiba waktunya. Pengumuman hasil SNMPTN telah keluar. TUHAN MENJAWAB DOAKU. Tanpa test, aku bisa menjadi mahasiswa FISIP UNS. Tak perlu bekerja keras lagi untuk mendapatkan apa yang kuh...

Didikan Bapak Untukku

Aku mau bercerita bagaimana bapak mendidikku dengan sedikit keras. Ya, aku anak pertama dari tiga bersaudara. Perempuan semua. Aku rasa aku diciptakan memang untuk sedikit tahan banting haha. Dimulai dari kandungan ibuku, aku dengar dari ibuku kalau aku sudah kuat dari kandungan. "Dulu pas ibu hamil kamu, ibu jatuh dari motor, tapi kamu gapapa dan gak keguguran. Bahkan gak keluar darah sama sekali.." ucap ibuku masih terheran sampai sekarang. "Dulu juga ibu kerja kantoran sampe malem-malem pas kamu masih di perut.." jelas ibu. "Kuat bange kandungannya.." lanjut ibu. Saat masih bayi, kata orangtuaku, aku tak pernah takut pada siapapun. Tak pernah rewel diajak siapapun. Pernah suatu ketika, tanpa bilang orangtuaku, aku diambil dan diajak main di rumah tetanggaku. Orangtuaku sampai kebingungan mencariku, ternyata aku ada di dalam kamar tetanggaku, tanpa rewel sedikitpun. "Dulu kecil kamu tuh gampang diculik. Sama siapa aja mau." kata orangtuaku. ...