Langsung ke konten utama

Kemah Kemah Kemah!!!

8 Juni 2015

Libur, tapi masuk untuk mengumpulkan perlengkapan kemah tanggal sepuluh Juni nanti. Benar-benar defisit. Pengeluaran benar-benar melebihi pemasukan, mana pemasukan semakin menipis. Kemah ini enggak gratis. Rinciannya aku harus bayar:
1. Kemah Rp20.000
2. Mahakarya Rp60.000
3. Outbond Rp30.000
Totalnya Rp110.000, itu belum uang saku dan perlengkapan. Tapi aku ada ide buat irit sedikit.

"Eh, Guys! Besok kemah aku minta pasta gigi, parfum, sama handbody ya? Rencananya aku enggak bawa itu. Aku juga rencana enggak bawa makanan."

Ku sentuh tombol kirim di grup Line kelasku. Terkirim. Sedikit jahat sih caraku irit.Tapi temanku kan baik-baik.

"Ra modal!" Balas temanku yang sirik.
"Wah, Cho rencana aku juga enggak bawa itu." Ada juga temanku yang (mungkin) meniruku.
"Iya Cha aku besok kemah bawa. Pinjem punyaku aja." Untung ada temanku yang baik hati.


10 Juni 2015

Yeay! Saatnya kemah sampai besok. Naik bis dengan cuaca panas dan dengan berdesak-desakan menuju bumi perkemahan Delingan. Sungguh panas tak terduga.

"Eh, aku lupa bawa handuk!" Aku kaget saat sampai ditempat.
"Pakai handukku enggak apa-apa, Cha. Rizka juga enggak bawa." Vioni menawarkan.
Hohoho. Ini yang aku pikirkan saat naik angkot enuju sekolah tadi. Ternyata yang kelupaan adalah handuk.

"Panas banget! Enggak kuat!" Keluh teman-temanku.
"Harusnya kemah itu berangkat sore, pulang pagi. Enggak bakal kaya cacing kepanasan kita." Kritikku.

Setelah kegiatan hari itu terlaksana, waktunya mandi!

"Walah, kamar mandinya antri!"
"Cari kamar mandi yang lain aja Cho." Ucap Nindi
"Situ ada. Tapi kotor. Yang sana wae. Agak jauh enggak apa-apa." Ucap Rizka.

Setelah beberapa jam muter-muter cari kamar mandi dan matahari mulai capek menerangi, yang awalnya ada lima orang kini berpisah menjadi dua. Aku, Wulan, dan Nindi memilih untuk menuju kamar mandi yang tak terlalu banyak antrian. Sedikit horror. Dua orang lagi memilih untuk mengantri di dekat perkemahan dan ditempat yang terang.

"Berarti satu orang mandi, dua orang di luar. Horror iki!" ucap Nindi.
"Setuju. Eh aku kebelet pipis."
"Yo wis, Wanda dulu. Cepet ya. Sabunan tok wae! Sikat gigi di deket tenda."

Aku orang pertama yang mandi sebelum kedua temanku mandi.

"Cepet, Wan!"
"Iya, bentar. Ini aku cuma pake sabun. Sikat giginya belum."
Oke! Selesai dan bergantian mandi. Tanpa kacamata, aku enggak bisa melihat dengan jelas apalagi di malam hari. Horror. Benar-benar horror dengan berbagai pohon dan bangunan kosong beberapa meter dari kamar mandi. Untuk menghilangkan rasa takut, dua orang yang tidak mandi saling ngobrol dan nyanyi. Untung ada kunang-kunang yang nemenin. Malam datang degnan api unggun dan lampion. Indah. Kaya di film disney Tangled. Tapi mata ingin segera tidur dimalam dingin ini.



11 Juni 2015

Malam kemarin sungguh dingin. Tanpa selimut. Dinginnya tak dapat diceritakan. Hingga berganti hari, dingin semakin menjadi-jadi. Badan ketekuk tekuk. Berjam-jam diselimuti kedinginan. Pagi-pagi benar sudah ada yang bangun. Malah sudah ada yang mandi dengan hawa yang dingin. Tanganku kaku kedinginan tak bisa merasakan apa-apa.

"Cek...cek.... Diharapkan peserta kemah segera memakai seragam olahraga karena senam pagi akan dimulai." Terdengar suara paitia kemah melalui microphone.

Tiba-tiba hari sudah siang. Mulai panas. Semua kegiatan hampir selesai. Di akhiri dengan seminar dan aku ikut seminar kewirausahaan. Tahu kan kenapa? Aku juga ingin bisa berwirausaha, siapa tahu dapat ilmu lebih tentang dunia usaha.
Mungkin ini adalah kemah terakhir dalam hidupku. Thank a lot Sangga 25, sanggaku yang orangnya baik-baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Langkah

Terakhir aku bercerita tahun 2020 dimana aku menemukan seseorang yang tadinya aku kira luar biasa baik, ternyata luar biasa jahat. Ya. aku tertipu, karena masih terlalu naif. umurku masih 22 tahun dimana aku baru beranjak mengenal dunia luar setelah bertahun-tahun dilarang ini dan itu. Masih dalam tahan pencarian, tapi tidak tahu apa yang sebenarnya dicari. Orang itu bersikap sangat lembut. Soft spoken, kalau kata gen z sekarang. Tidak pernah kasar, selalu terlihat baik, bahkan keluargaku awalnya mengira dia baik dan berbakat. Semua kata yang diucapkan serasa benar tanpa kebohongan dan terlihat cerdas. Saat itu aku percaya saja. Mengikuti apa yang dia katakan dan dia inginkan yang ternyata menjerumuskanku pada hubungan yang sangat tidak sehat. "Kamu mau apa? Aku bakal berusaha memenuhi kebutuhanmu," ucap dia. Ternyata ucapan dia hanya pancingan saja. Aku sudah mulai curiga dari beberapa bulan aku mengenalnya karena banyak perkataannya yang tak sinkron. Tuhan sudah menunjukan ...

Welcome new me!

Tak terasa sudah bulan kedua di tahun 2017. Cepet juga ya! Sudah hampir 19 tahun. Sudah gede. hohoho... Tahun 2016 yang penuh berkat telah terlampaui. Banyak ceritadi tahun 2016 yang ingin aku share, tapi hanya dua yang memungkinkan aku share di sini. Dua doa yang dijawab oleh Tuhan. Pertama, aku masih begitu ingat seberapa besar keinginanku untuk menjadi mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS). Alasan aku ingin masuk UNS karena dekat rumah, orangtua tak perlu membiayai uang kost karena memang tak perlu kost. Hanya transport saja. Lagipula, UNS juga termasuk universitas ternama di Negeri ini. So, makin mantab keinginanku masuk UNS. Maih lekat diingatanku bagaimana rasanya mendambakan menjadi mahasiwa FISIP UNS jurusan Ilmu Komunikasi. Ya. Angan-angan dan harapan itu masih bisa kurasakan. Hingga tiba waktunya. Pengumuman hasil SNMPTN telah keluar. TUHAN MENJAWAB DOAKU. Tanpa test, aku bisa menjadi mahasiswa FISIP UNS. Tak perlu bekerja keras lagi untuk mendapatkan apa yang kuh...

Didikan Bapak Untukku

Aku mau bercerita bagaimana bapak mendidikku dengan sedikit keras. Ya, aku anak pertama dari tiga bersaudara. Perempuan semua. Aku rasa aku diciptakan memang untuk sedikit tahan banting haha. Dimulai dari kandungan ibuku, aku dengar dari ibuku kalau aku sudah kuat dari kandungan. "Dulu pas ibu hamil kamu, ibu jatuh dari motor, tapi kamu gapapa dan gak keguguran. Bahkan gak keluar darah sama sekali.." ucap ibuku masih terheran sampai sekarang. "Dulu juga ibu kerja kantoran sampe malem-malem pas kamu masih di perut.." jelas ibu. "Kuat bange kandungannya.." lanjut ibu. Saat masih bayi, kata orangtuaku, aku tak pernah takut pada siapapun. Tak pernah rewel diajak siapapun. Pernah suatu ketika, tanpa bilang orangtuaku, aku diambil dan diajak main di rumah tetanggaku. Orangtuaku sampai kebingungan mencariku, ternyata aku ada di dalam kamar tetanggaku, tanpa rewel sedikitpun. "Dulu kecil kamu tuh gampang diculik. Sama siapa aja mau." kata orangtuaku. ...