Langsung ke konten utama

LIFE MUST GO ON

Mungkin bisa dibilang lebay. Menangis hanya gara-gara nilai, penyesalan, dan rasa bersalah yang tak akan pernah kembali lagi. Tapi itulah kenyataannya. Mahasiswi yang baru saja menjadi mahasiswi. Masih tak tahu apa-apa dan polos. Ya, meskipun tahu, namun belum memahami dan belum sepenuhnya mengerti dunia perkuliahan.

Mahasiswi yang berniat baik pada teman malah terkena batunya. Mahasiswi yang dititipin absen oleh seorang teman namun ketahuan dosen. Salah. Iya, aku pun mengaku salah. Hanya saja rasa bersalahku yang tak mau pergi. Salah pada semua, pada Tuhan, pada teman, pada dosen. Tak hanya itu, ketakutan pun melanda. Kalau bisa memilih, aku memilih mendapat tugas yang banyak, namun apa daya. Tak ada tugas yang diberikan. Hanya sura pernyataan bersalah yang ditanda tangani pembimbing akademik. Namun, nilai yang harus dikorbankan.

Mahasiswi melankolis tentunya tak bisa menerima itu, walau berapa kali dicoba. Banyak faktor yang membuat air mata ini mengalir. Pertama, penyesalan bahwa sebenarnya aku bisa mendapat nilai A tapi gara-gara satu kesalahan nilai A itu luput. Kedua, dosen tersebut benar-benar menyesal bahwa aku lah yang harus beliau hukum, beliau tidak marah namun malah meminta maaf. Dan itu menambah rasa bersalahku pada beliau.
"Kenapa harus kamu yang melakukan kesalahan ini? Padahal kamu aktif di kelas. Tapi saya minta maaf, tetap harus kasih sanksi," kurang lebih begitu kata beliau dengan wajah yang sangat menyesal.

www.hippoquotes.com
Entah kenapa aku mau saja menanda tangani absen temanku padahal sebelumnya aku selalu memikirkan dampaknya. Entah kenapa tangan ini lancar-lancar saja meniru tanda tangan temanku. Apakah ini peringatan dari Tuhan supaya aku tidak sombong lagi, ataukah ini dari iblis yang tak suka melihatku berprestasi? Yang jelas benar kata Alda, "LIFE MUST GO ON". Usaha keras dan belajar keras harus kutingkatkan lagi. Menjadi mahasiswi kritis harus ada padaku. Hmmm, kapan penyesalan ini berakhir?

Tapi aku beryukur. Beliau masih mau memberiku nilai B asalkan aku mau berusaha keras. Aku bersyukur beliau tak marah padaku, Terlebih aku bersyukur punya orangtua yang mengerti.
"Yaudah enggak apa-apa. Udah terjadi juga, kan? Yang penting lulus," orangtuaku tak menuntut nilai tinggi dariku dan aku mensyukurinya.
Diriku yang  idealis ini yang menuntutku untuk menjadi seseorang yang perfect. Semoga hal itu bisa lebih kuredam. Ya, harusnya aku lebih bersyukur Tuhan masih sayang padaku, Ia telah mengabulkan 2 doaku untuk menjadi mahasiswi UNS di jurusan yang kuinginkan dan menjadi duta wisata di kabupatenku. Aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi, bukan menjadi perfect. Because LIFE MUST GO ON


LIFE MUST GO ON 

LIFE MUST GO ON
LIFE MUST GO ON
LIFE MUST GO ON
LIFE MUST GO ON LIFE MUST GO ON LIFE MUST GO ON


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salah Langkah

Terakhir aku bercerita tahun 2020 dimana aku menemukan seseorang yang tadinya aku kira luar biasa baik, ternyata luar biasa jahat. Ya. aku tertipu, karena masih terlalu naif. umurku masih 22 tahun dimana aku baru beranjak mengenal dunia luar setelah bertahun-tahun dilarang ini dan itu. Masih dalam tahan pencarian, tapi tidak tahu apa yang sebenarnya dicari. Orang itu bersikap sangat lembut. Soft spoken, kalau kata gen z sekarang. Tidak pernah kasar, selalu terlihat baik, bahkan keluargaku awalnya mengira dia baik dan berbakat. Semua kata yang diucapkan serasa benar tanpa kebohongan dan terlihat cerdas. Saat itu aku percaya saja. Mengikuti apa yang dia katakan dan dia inginkan yang ternyata menjerumuskanku pada hubungan yang sangat tidak sehat. "Kamu mau apa? Aku bakal berusaha memenuhi kebutuhanmu," ucap dia. Ternyata ucapan dia hanya pancingan saja. Aku sudah mulai curiga dari beberapa bulan aku mengenalnya karena banyak perkataannya yang tak sinkron. Tuhan sudah menunjukan ...

Welcome new me!

Tak terasa sudah bulan kedua di tahun 2017. Cepet juga ya! Sudah hampir 19 tahun. Sudah gede. hohoho... Tahun 2016 yang penuh berkat telah terlampaui. Banyak ceritadi tahun 2016 yang ingin aku share, tapi hanya dua yang memungkinkan aku share di sini. Dua doa yang dijawab oleh Tuhan. Pertama, aku masih begitu ingat seberapa besar keinginanku untuk menjadi mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS). Alasan aku ingin masuk UNS karena dekat rumah, orangtua tak perlu membiayai uang kost karena memang tak perlu kost. Hanya transport saja. Lagipula, UNS juga termasuk universitas ternama di Negeri ini. So, makin mantab keinginanku masuk UNS. Maih lekat diingatanku bagaimana rasanya mendambakan menjadi mahasiwa FISIP UNS jurusan Ilmu Komunikasi. Ya. Angan-angan dan harapan itu masih bisa kurasakan. Hingga tiba waktunya. Pengumuman hasil SNMPTN telah keluar. TUHAN MENJAWAB DOAKU. Tanpa test, aku bisa menjadi mahasiswa FISIP UNS. Tak perlu bekerja keras lagi untuk mendapatkan apa yang kuh...

Didikan Bapak Untukku

Aku mau bercerita bagaimana bapak mendidikku dengan sedikit keras. Ya, aku anak pertama dari tiga bersaudara. Perempuan semua. Aku rasa aku diciptakan memang untuk sedikit tahan banting haha. Dimulai dari kandungan ibuku, aku dengar dari ibuku kalau aku sudah kuat dari kandungan. "Dulu pas ibu hamil kamu, ibu jatuh dari motor, tapi kamu gapapa dan gak keguguran. Bahkan gak keluar darah sama sekali.." ucap ibuku masih terheran sampai sekarang. "Dulu juga ibu kerja kantoran sampe malem-malem pas kamu masih di perut.." jelas ibu. "Kuat bange kandungannya.." lanjut ibu. Saat masih bayi, kata orangtuaku, aku tak pernah takut pada siapapun. Tak pernah rewel diajak siapapun. Pernah suatu ketika, tanpa bilang orangtuaku, aku diambil dan diajak main di rumah tetanggaku. Orangtuaku sampai kebingungan mencariku, ternyata aku ada di dalam kamar tetanggaku, tanpa rewel sedikitpun. "Dulu kecil kamu tuh gampang diculik. Sama siapa aja mau." kata orangtuaku. ...